Pendahuluan
Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia
pendidikan kita adalah rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari proses
pendidikan yang sedang berjalan maupun produk pendidikan itu sendiri. Betapa rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia,
sebagaimana yang dilaporkan oleh Human Development Index yakni Indonesia
menduduki peringkat 102 dari 106 negara yang disurvai, satu peringkat di bawah
Vietnam. Hasil survai
the Political Economic Risk Consultation (PERC)
melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 12 dari 12 negara yang
disurvei, juga satu peringkat di bawah Vietnam.
Hasil penelitian di
bidang pendidikan oleh lembaga-lembaga internasional yang berkompeten, juga
terungkap bahwa kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia berada jauh di bawah
Malaysia, Singapura, dan Vietnam.
Terlepas dari kriteria-kriteria yang dijadikan acuan
dari penelitian tersebut, yang jelas hasil penelitian itu merupakan gambaran
kualitas proses penyelenggaraan sistem pendidikan dimana terkait banyak unsur,
namun proses belajar mangajar merupakan jantungnya pendidikan yang harus
diperhitungkan karena pada kegiatan pembelajaran inilah transformasi berbagai
konsep, nilai serta materi pendidikan diintegrasikan.
Dikaitkan dengan tuntutan masa depan yang bukan hanya
bersifat kompetitif, tetapi juga sangat terkait dengan berbagai kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat, maka pendapat Indrajit
dan Djokopranoto merupakan suatu ketegasan bahwa keterlibatan teknologi
informasi dan komunikasi atau
information and
communication
technology (ICT) di dalam dunia pendidikan sudah tidak dianggap sebuah
pilihan, tetapi telah menjelma menjadi kebutuhan mutlak yang harus dimiliki dan
dimanfaatkan, jika ingin meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.
Oleh sebab itu, pengembangan sistem pembelajaran yang setara, mengubah sistem
pembelajaran yang bersifat konvensional dengan sistem pembelajaran yang lebih
efektif dan efesien
dengan memanfaatkan
sarana dan prasarana teknologi yang tersedia, merupakan suatu peluang yang
sekaligus sebagai tantangan yang tak mungkin harus dielakkan, karena era
teknologi dan informasi saat ini telah merambah sampai ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam perspektif seperti itu, maka persoalannya
adalah bentuk teknologi informasi seperti apakah yang dapat dimanfaatkan bagi
proses pembelajaran? dan apa saja yang perlu disiapkan agar pembelajaran dengan
teknologi informasi tersebut dapat terlaksana?
Konsep Belajar dan Pembelajaran
Istilah belajar memiliki pengertian, suatu proses
fisik dan psikis pada diri peserta didik. Seseorang yang mengalami peristiwa
belajar akan berbeda keadaannya dengan kondisi sebelum dia mengalami belajar,
seperti dia akan semakin memiliki banyak pengetahuan (kognitif), memiliki sikap
yang semakin dewasa (afektif), dan memiki beberapa keterampilan gerak, yang
juga semakin bertambah (psikomotor).
William Burton mengemukakan bahwa “
A good learning situation consist of a rich
and varied series of learning experiences unified around a vigorrous purpose
and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment”.
B
elajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan, dan
di dalam interaksi inilah terjadi
serangkaian pengalaman belajar.
Seifert berpendapat bahwa terdapat tiga cara agar
terjadi proses belajar, yaitu
pertama, menjadikan proses belajar
mengajar dalam kelas sebisa mungkin dapat menerima situasi-situasi dan
gagasan-gagasan baru.
Kedua, memaksimalkan ingatan tentang apa saja yang
sudah dipelajari oleh peserta didik, dan
ketiga yaitu menspesifikasi
tujuan pembelajaran sejelas dan setepat mungkin. Proses pembelajaran mungkin
hanya layak diingat dan diaplikasikan jika dihadirkan dengan cara yang sangat
jelas.
Berdasarkan konsep tersebut, maka perubahan yang
terjadi pada diri individu, baik yang berhubungan dengan peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap maupun bertambahnya keterampilan karena
interaksinya dengan lingkungan fisik ataupun non fisik, dapat dikatakan
individu tersebut telah mengalami proses belajar. Itu juga berarti bahwa proses
belajar itu dapat terjadi tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat atau dimana dan
kapan saja. Sebagaimana dikemukakan Sanjaya bahwa, proses belajar itu
berlangsung secara terus-menerus dan tidak dibatasi oleh dinding kelas.
Istilah
pembelajaran
mengacu pada segala daya dan upaya yang sengaja dikondisikan untuk terjadinya
proses belajar pada diri peserta didik
. Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari “
instruction”,
yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini
banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi
kognitif-wholistik, yang
menempatkan peserta didik sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu juga
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah
peserta didik mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti
bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya.
Sebagaimana tercermin dalam ungkapan Gagne bahwa: “
Instruction is a set of
event that effect learners in such a way that learning is facilitated”.
Menurut Gagne pembelajaran merupakan suatu set peristiwa dalam mempengaruhi
peserta didik sedemikian rupa agar memudahkan belajar. Di sini terjadi siklus
belajar yang merupakan interaksi antara komponen belajar dimana pendidik harus
merencanakan proses pembelajaran sedemikian menarik dan memudahkan proses
pembelajaran.
Galileo justeru berpendapat bahwa sebenarnya kita
tidak dapat mengajarkan apapun, kita hanya dapat membantu peserta didik untuk
menemukan dirinya dan mengaktualisasikan dirinya. Setiap pribadi manusia
memiliki “
self-hidden potential excellece” (mutiara talenta yang
tersembunyi di dalam diri), tugas pendidikan yang sejati adalah membantu
peserta didik untuk menemukan dan mengembangkannya seoptimal mungkin.
Sebagaimana di dalam Islam juga dikenal istilah “fitrah” yang menurut
Al-DJamaly
adalah kemampuan dasar
beragama yang dalam perkembangannya bagi seseorang banyak dipengaruhi oleh
langkah-langkah pendidik.
‘Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.’
Fitrah Allah untuk menusia yang di sini diterjemahkan
dengan potensi dapat didik dan mendidik, memiliki kemungkinan berkembang dan
dapat meningkat sehingga kemampuannya dapat melampaui jauh dari kemampuan
fisiknya. Oleh karena itu perlu dikembangkan dalam usaha dan kegiatan
pendidikan.
Pendapat-pendapat di atas memberikan ilustrasi bahwa pembelajaran merupakan segala daya dan upaya yang sengaja
dikondisikan untuk terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Upaya yang dilakukan dapat berupa
penciptaan situasi kelas, memberi stimulus, penataan kondisi lingkungan belajar,
melibatkan penggunaan teknologi dan lain sebagainya.
Konsep
Teknologi Informasi (TI)
Istilah Teknologi Informasi mulai muncul pada abad ke
duapuluh yang diawali dengan terbentuknya masyarakat informasi. Istilah
Teknologi Informasi sebenarnya merupakan istilah lain dari teknologi komunikasi
yang dikenal lebih dahulu – yang berfungsi sebagai pengolah dan penyaluran
informasi.
Alter sebagaimana
dikutip Syam mengatakan bahwa pada awalnya teknologi informasi
diartikan sebagai perangkat keras dan lunak untuk melaksanakan satu atau
sejumlah tugas pemrosesan data.
Makna tersebut kemudian meluas seiring dengan fungsi teknologi informasi yang
tidak lagi semata-semata sebagai alat pemroses data, tetapi juga sebagai sarana
penyedia informasi.
Menurut Richard Weiner dalam Webster New Word
Dictionary and Communication disebutkan bahwa teknologi informasi adalah
pemrosesan, pengolahan, dan penyebaran data oleh kombinasi komputer dan
telekomunikasi. Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data.
Teknologi Informasi menitikberatkan perhatiannya kepada bagaimana data diolah
dan diproses dengan menggunakan komputer dan telekomunikasi.
Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa teknologi
informasi merupakan perangkat pendukung dalam proses penciptaan, penyimpanan,
dan pendistribusian informasi.
Bahkan menurut
Everett M.
Roger yang dikutip Syam menempatkan
teknologi informasi sebagai yang meneruskan nilai-nilai
sosial bagi pemakainya.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dipahami bahwa teknologi informasi merupakan
perangkat terkonvergensi dari teknologi informasi dan teknologi komunikasi
dalam bentuk perangkat keras
dan lunak yang berfungsi sebagai
media pemroses data, pengngolah informasi, penyaluran informasi, serta sebagai
penyedia dan pengirim informasi, baik dalam bentuk audio, vidio maupun
lembar kerja.
Teknologi informasi memiliki suatu karakteristik yang
sangat berbeda dengan teknologi lainnya karena hampir semua sendi kehidupan dan
sektor industri dapat menerapkannya dan memperoleh manfaat signifikan darinya.
Lihatlah bagaimana penerapan sejumlah aplikasi teknologi informasi-seperti
e-commers,
e-business, e-government, e-procurement, electronic data interchange, data
warehouse,
intranet, internet, extranet, dan lain sebagainya-telah menghasilkan
berbagai
value yang sungguh berarti seperti perbaikan efesiensi,
peningkatan efektivitas, internal kontrol yang baik, penambahan sumber
pendapatan, terselenggaranya proses pengambilan keputusan yang berkualitas, dan
lain sebagainya. Dalam konteks perguruan tinggi, sebagai pusat unggulan (
Center
of excellence), diharapkan dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk
melakukan antara lain: (1) menjadi tempat meningkatkan pengetahuan, kompetensi,
keahlian, maupun keterampilan sumber daya manusia; (2) menjadi komunitas cerdas
yang dapat membantu berbagai isu dan kendala yang dihadapi; (3) menjadi pemicu
perubahan (agent of change) di kalangan masyarakat.
Di Indonesia - khususnya di kota-kota besar -
fenomena mulai tampak dengan dilibatkannya teknologi komputer sebagai salah
satu alat bantu ajar yang dipergunakan oleh lembaga pendidikan preschool atau
taman kanak-kanak dengan salah satu tujuannya untuk merangsang dan meningkatkan
kemampuan multiple intelligence peserta didik (komputer sebagai alat
bermain dan belajar).
Teknologi
Informasi untuk Pembelajaran
Keterlibatan
teknologi informasi dan komunikasi atau information and communication
technology (ICT) di dalam dunia pendidikan sudah tidak dianggap sebuah
pilihan, tetapi telah menjelma menjadi kebutuhan mutlak yang harus dimiliki dan
dimanfaatkan oleh perguruan tinggi jika ingin meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikan. Perguruan Tinggi kelas dunia seperti Harvard
University, Massachusetts Institue of Technologi, Stanford University, Oxford
University, dan lain sebagainya menerapkan teknologi informasi tidak hanya
untuk keperluan administrasi manajemen pendidikan, melainkan sebagai media
utama dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, riset dan pengembangan,
serta pelayanan kepada masyarakat.
Menurut Rosenberg dengan kehadiran teknologi
informasi atau ICT telah terjadi lima pergeseran dalam proses pembelajaran
yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan
kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke
fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Dengan
teknologi informasi dan komunikasi, interaksi antara pendidik dan peserta didik
tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka di dalam ruang kelas, namun
dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu. Rosenberg selanjutnya
mengemukakan bahwa e-learning merupakan salah satu penggunaan teknologi
internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan
tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk
memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
(2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan
teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling
luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.
Teknologi Internet secara nyata memang bisa digunakan
dalam setting pembelajaran, karena mememiliki beberapa karakteristik yang khas
yakni (1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang
memungkin terjadinya komunikasi one – to – one atau one – to – many,
(2) memiliki sifat interaktif, dan (3) memungkinkan terjadinya komunikasi
secara sinkron maupun tertunda, sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga
dialog komunikasi yang merupakan syarat terselenggaranya suatu proses
pembelajaran.
Terdapat berbagai jenis konsep penggunaan ICT yang
secara langsung dan tidak langsung memberikan pengaruh pada cara
penyelenggaraan pendidikan yang mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan.
Beberapa konsep tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Media
Simulasi
Penggunaan
ICT sebagai media untuk membantu menyelenggarakan pembelajaran, terutama
dipergunakan sebagai sarana penggambaran atau ilustrasi agar mahasiswa
mendapatkan gambaran dengan lebih mudah mengenai teori yang diajarkan di kelas,
terutama dalam kaitannya dengan implementasi di dunia nyata. Media
simulasi mencakup aplikasi semacam CAD/CAM, simulation game. multimedia
presentation, interactive study case, dan lain sebagainya. Dewasa mi,
banyak sekali perangkat aplikasi simulasi yang mudah didapatkan secara gratis
melalui internet dengan men-download-nya.
2.
Course
Management
Konsep penggunaan ICT kedua adalah membantu pengajar
maupun peserta didik melakukan interaksi, kerja sama, dan komunikasi dalam menyelenggarakan sebuah
kelas dengan mata kuliah tertentu. Dengan dibantu aplikasi berbasis web,
maka materi, bahan ajaran, administrasi program, pekerjaan rumah, dan
lain sebagainya dapat di-download oleh peserta didik melalui
Internet.
Selain itu internet dapat pula dipergunakan untuk
meningkatkan intensitas dan kualitas interaksi antara pengajar dan peserta
didik maupun antarpeserta didik. Misalnya, dengan mempergunakan fasilitas
komunikasi seperti electronic mail (email), discussion, chatting,
teleconference, dan lain sebagainya. Aplikasi semacam WehCT dan Blackboard
merupakan 2 software yang saling bersaing dan dipergunakan oleh
sejumlah perguruan tinggi terkemuka di dunia.
3.
Virtual
Class
Konsep selanjutnya adalah dimungkinkannya
menyelenggarakan kelas maya atau virtual class dengan memanfaatkan
teknologi informasi. Implementasi konsep berjalan secara evolusioner, dengan
kata lain dikembangkan secara perlahan-lahan menuju virtual class yang
sesungguhnya. Contohnya adalah pemberian tugas dan penyelenggaraan kuis secara
online, di mana peserta didik dapat mengikuti ujian tengah semester atau akhir
semester secara realtime dalam format soal multipel. Sesuai dengan waktu yang
telah disepakati, peserta didik dapat melakukan login ke sistem dan lokasi
berbeda untuk melakukan tes atau kuis. Bahkan, dalam waktu singkat - setelah
tes usai - peserta didik dapat langsung melihat hasilnya dan setiap jawaban
yang keliru akan mendapatkan penjelasan mengenai jawaban yang benar serta
materi pendukungnya.
Terlepas dan berbagai kelebihan dan kekurangannya,
konsep virtual class secara perlahan-lahan mulai semakin matang
implementasinya, di mana best practicenya dapat ditemukan pada sistem
semacam universitas terbuka di wilayah Eropa yang dikenal dengan nama Open
University. Dengan menerapkan konsep, Open University yang berbasis
di kota Keynes (Inggris) berhasil menggalang lebih dan 7.000 profesor dari
seluruh dunia. Sistem perkuliahannya menggunakan aplikasi ICT semacam email,
usenet, live chat lines, remote diagnostic, groupware, internet video,
teleconference, dan remote software.
4. Computer-based
Training (CBT)
Konsep CBT merupakan cara yang sangat ampuh
diterapkan oleh perguruan tinggi yang ingin mempromosikan prinsip belajar
secara mandiri. Jika dulu peserta didik hanya dapat menggunakan fasilitas
perpustakaan yang berbasis buku untuk menambah pengetahuannya, maka saat mi
telah tersedia sejumlah software yang dapat membantu peserta didik untuk
belajar tanpa harus dibantu oleh seorang pembimbing dan tidak harus menghadiri
kelas secara fisik karena adanya CBT.
Dalam mengimplementasikan CBT, setiap peserta didik
mendapatkan sebuah CDROM atau akses ke sebuah situs di internet di mana
seolah-olah yang bersangkutan sedang berada satu kelas dengan seorang
instruktur sebagai pengajarnya. Kemudian, melalui aplikasi multimedia yang menarik,
peserta didik secara interaktif dan terstruktur mempelajari materi yang ingin
dikuasainya.
Prinsip pengembangan aplikasi secara multimedia –
dengan melibatkan teks, gambar, audio,
dan video – dipilih tidak hanya dengan
tujuan agar pembelajaran berlangsung secara menarik, tetapi agar berjalan
secara efektif dan kontekstual.
5.
Knowledge
Portal
Perguruan tinggi merupakan suatu institusi atau
organisasi yang kualitasnya sangat bergantung pada knowledge base yang
dimilikinya. Untuk keperluan mengajar dan riset, peserta didik maupun dosen
sangat bergantung dengan kemajuan atau perkembangan bidang ilmu yang
ditekuninya, di mana data atau informasi terkait dengan pengetahuan yang
tersebar di seluruh institusi pendidikan di dunia - maupun di organisasi lain
seperti lembaga riset, pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat, perpustakaan,
dan lain-lain - harus mudah diakses oleh civitas akademik.
Keberadaan internet dengan aplikasi knowledge
portal atau search engine-nya merupakah perangkat mutlak yang harus
dimiliki oleh institusi. Dengan didukung oleh kompetensi dan keahlian yang
cukup dalam melakukan advanced search di internet, seorang dosen dapat
mencari beragam jenis pengetahuan seperti:
· Kumpulan
jurnal terbaru mengenai bidang studi yang ditekuni.
· Silabus mata
kuliah di berbagai perguruan tinggi dunia sebagai bahan perbandingan.
· Materi
kuliah dalam bentuk presentation maupun electronic file (seperti e-book) lengkap dengan contoh soal untuk kuis dan
ujian.
· Beragam
studi kasus penerapan bidang ilmu terkait di berbagai sisi kehidupan manusia.
· Hasil riset
lembaga terkemuka di dunia yang dilakukan dan diterbitkan oleh institusi
nirlaba maupun yang komersial.
6. Cyber
Community
Berinteraksi dengan komunitas akademis lainnya di
seluruh lapisan dunia merupakan kebutuhan mutlak yang harus diperhatikan secara
sungguh-sungguh. Kita dapat membina hubungan dengan para tokoh dan intelektual
terkemuka di negara manapun dengan sangat mudah, murah. dan cepat menggunakan
ICT. Dewasa ini, komunitas yang berinteraksi melalui dunia maya telah
berkembang sangat pesat dengan menggunakan teknologi seperti:
· Electronic
Mail - digunakan
untuk berinteraksi langsung dengan individu yang terkaitdengan kebutuhan komunikasi, kolaborasi, dan kerja
sama sehubungan dengan riset yang dilakukan bersama.
· Mailing
List — sebagai
media atau forum komunikasi antar grup
untuk membicarakan tema pengetahuan tertentu sesuai
dengan kebutuhan atau minat terkait.
· Discussion
Forum — aplikasi
di mana proses diskusi berbagai tema berbeda terjadi secara efektif antar dosen yang berbeda fakultas,
perguruan tinggi, dan wilayah.
· Chatting - mekanisme realtime yang
memungkinkan beberapa orang secara bersama-sama bercakap-cakap membahas isu
yang sedang hangat dan membutuhkan pengetahuan khusus.
· Teleconference - ‘bertatap muka’ menggunakan kamera dan
perangkat multimedia yang dapat melibatkan video dan audio
agar lebih personal.
· Search
Engine – aplikasi untuk membantu dosen dan
mahasiswa dalam hal
mencani dan mengetahui segala bentuk informasi seperti dana riset, seminar internasional
yang diadakan di seluruh dunia, mengirimkan jurnal atau artikel ilmiah sebagai
jawaban call for paper, memperoleh kesempatan kerja sama penelitian
bersama industri, menyusun proposal riset, dan lain sebagainya.
Studi eksperimen yang dilakukan terhadap sekitar 500
murid kelas lima dan enam pada jenjang pendidikan dasar oleh Center for Applied
Speciac Technology (CAST) pada tahun 1996, dimana ke 500 murid tersebut
dimasukkan dalam dua kelompok eksperimen yang dalam kegiatan belajarnya
dilengkapi dengan akses ke internet dan kelompok control, setelah dua bulan
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mendapat nilai yang lebih tinggi
berdasarkan hasil tes akhir.
Eksperimen
lainnya yang dilakukan oleh Anne L. Rantie dan kawan-kawan untuk siswa pada
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMU I BPK Penabur) di Jakarta pada tahun 1999
mengenai penggunaan Internet untuk mendukung kegiatan belajar mengajar Bahasa
Inggris, menunjukkan bahwa murid yang terlibat dalam eksperimen tersebut
memperlihatkan peningkatan kemampuan mereka secara signifikan dalam menulis dan
membuat karangan dalam bahasa Inggris.
Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa teknologi
informasi dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya peningkatan mutu
pendidikan. Namun tentu saja terdapat faktor-faktor lain yang turut menunjang
keberhasilan mencapai kualitas pendidikan tidak boleh diabaikan. Hal itu
sejalan pendapat
Sudjana yang menyatakan bahwa
kondisi pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor: tujuan
pengajaran yang jelas, bahan pengajaran yang memadai, metodologi pengajaran
yang tepat, dan cara penilaian yang baik.
Kesemuanya harus merupakan satu set rencana yang terintegrasi, dalam hal ini
maka kurikulum sebagai salah satu komponen sistem pendidikan perlu juga
mengalami proses inovasi.
Dukungan
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen
yang tak kalah pentingnya dalam konteks pembelajarn berbasis teknologi
informasi. Dalam kajian-kajian teknologi terdapat beberapa istilah yang sering
digunakan terkait dengan kemampuan sumberdaya manusia, seperti Istilah
literacy
yang
diartikan sebagai “
the ability to read and write”, atau
kemampuan untuk membaca dan menulis. Kemudian berkembang dan sering dipadankan
dengan kata
techology, maka dikenal ada istilah
technology literacy, yang
idefinisikan sebagai kemampuan memahami dan menggunakan teknologi sebagai alat
untuk mempermudah mencapai tujuan.
Kemudian konvergensi antara teknologi komputer dengan
teknologi komunikasi memunculkan istilah
information technology literacy maupun
ICT literacy (
Information and Communication technology) yang
memiliki arti kurang lebih “
a combination of intellectual capabilities,
fundamental concepts, and contemporary skills that a person should posses in
order to navigate and use information technology effectively.
Definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan, yaitu mengandung nuansa
penguasaan dan penggunaan teknologi informasi sebagai sebuah faktor atau sarana
penting untuk mencapai obyektivitas tertentu.
Membiacarakan dukungan sumberdaya manusia dalam
kaitannnya dengan penguasaan dan penggunaan teknologi informasi untuk
pembelajaran berbasis teknologi informasi, m
enurut Mohamad Surya,
ada
tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) harus memiliki akses kepada teknologi
digital dan internet,
(2)
harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural, dan
(3) memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan
sumber-sumber digital untuk mencapai standar akademik.
Merujuk pada pendapat Satori & Sa’ud, maka
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebagai berikut:
1.
Memberikan
pemahaman berbagai keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan
internet untuk pembelajaran;
2.
Yang
akan berperan sebagai pengembang dan pengguna maupun yang diproyeksikan sebagai
pengelola sistem pembelajaran berbasis internet, harus dibekali dengan
kesadaran, wawasan, pengetahuan dan keterampilan tantang internet;
3.
Sebagai pengembang
dan pemanfaat internet untuk pembelajaran hendaknya memiliki pengalaman dan
kemampuan mengajar yang cukup;
4.
Yang
akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran,
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap;
5.
Harus
memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan
internet untuk pembelajaran;
6.
Tetap
menjaga gaya mengajar, karena hal itu akan dicerminkan dalam cara pembelajaran
kelak pada sistem pembelajaran dengan internet.
Hal lainnya diharapkan muncul dari pribadi terkait
dengan penggunaan TI untuk pembelajaran adalah berpikir dan bertindak kreatif.
Sebab berpikir dan bertindak kreatif sangat diperlukan karena: pertama,
kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan
dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat
menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga,
kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas
memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya,
kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan,
keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai
dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk,
berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki
rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan
orang lain, dsb.
Pada segi lain internet sekaligus memberikan beberapa
kesempatan bagi pendidik dan peserta didik untuk terus meningkatkan sumber daya
dan kompetensinya.
Dukungan
Sarana dan Prasarana
Dukungan sarana dan prasarana untu pengembangan
pembelajaran berbasis teknologi informasi seperti internet, juga harus
tersedia, terutama teknologinya sendiri, baik berupa hardware maupun
softwarenya, gedung dan fasilitasnya lainnya.
Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa
eksistensi institusi pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi di negara
kita sangat beragam. Hal ini tidak terlepas dari faktor geografis dan
topografis di negara yang beragam pulau, di samping faktor kultural yang ada
pada berbagai suku juga beragam.
Terlepas
dari itu keberadaan perangkat fasilitas teknologi informasi brupa
komputer pada institusi pendidikan
(sekolah maupun perguruan tinggi)
sampai saat ini secara garis besar masih cukup terbatas
, bahkan ada yang belum sama sekali
terutama di daerah-daer
ah
yang masih jauh dari jaringan komunikasi.
Hal ini boleh jadi dikarenakan beberapa faktor antara lain menurut Juri,
yaitu (1) faktor dana, artinya tidak cukup dana untuk membeli seperangkat
komputer, (2) faktor kemampuan penguasaan teknologi, maksudnya masih banyak tenaga
kependidikan yang belum mampu mengoperasikan komputer (GAPTEK = Gagap
Teknologi), (3) Faktor lain, misalnya faktor keamanan.
Idealnya dalam pemanfaatan teknologi informasi untuk
pembelajaran maka harus tersedia sejumlah komputer yang bisa online secara
terintegrasi dan terkoneksi dengan internet dan diletakkan di ruang khusus
seperti laboratorium komputer, ruang-ruang kelas ataupun ruangan-ruangan lain
yang dianggap strategis.