Telusur

Monday 24 March 2014

Meningkatkan Proses Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi


Pendahuluan
Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari proses pendidikan yang sedang berjalan maupun produk pendidikan itu sendiri. Betapa rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang dilaporkan oleh Human Development Index yakni Indonesia menduduki peringkat 102 dari 106 negara yang disurvai, satu peringkat di bawah Vietnam. Hasil survai the Political Economic Risk Consultation (PERC) melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 12 dari 12 negara yang disurvei, juga satu peringkat di bawah Vietnam.[1]  Hasil penelitian di bidang pendidikan oleh lembaga-lembaga internasional yang berkompeten, juga terungkap bahwa kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia berada jauh di bawah Malaysia, Singapura, dan Vietnam.[2]
Terlepas dari kriteria-kriteria yang dijadikan acuan dari penelitian tersebut, yang jelas hasil penelitian itu merupakan gambaran kualitas proses penyelenggaraan sistem pendidikan dimana terkait banyak unsur, namun proses belajar mangajar merupakan jantungnya pendidikan yang harus diperhitungkan karena pada kegiatan pembelajaran inilah transformasi berbagai konsep, nilai serta materi pendidikan diintegrasikan.
Dikaitkan dengan tuntutan masa depan yang bukan hanya bersifat kompetitif, tetapi juga sangat terkait dengan berbagai kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat, maka pendapat Indrajit dan Djokopranoto merupakan suatu ketegasan bahwa keterlibatan teknologi informasi dan komunikasi atau information and communication technology (ICT) di dalam dunia pendidikan sudah tidak dianggap sebuah pilihan, tetapi telah menjelma menjadi kebutuhan mutlak yang harus dimiliki dan dimanfaatkan, jika ingin meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.[3] Oleh sebab itu, pengembangan sistem pembelajaran yang setara, mengubah sistem pembelajaran yang bersifat konvensional dengan sistem pembelajaran yang lebih efektif dan efesien  dengan memanfaatkan sarana dan prasarana teknologi yang tersedia, merupakan suatu peluang yang sekaligus sebagai tantangan yang tak mungkin harus dielakkan, karena era teknologi dan informasi saat ini telah merambah sampai ke dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam perspektif seperti itu, maka persoalannya adalah bentuk teknologi informasi seperti apakah yang dapat dimanfaatkan bagi proses pembelajaran? dan apa saja yang perlu disiapkan agar pembelajaran dengan teknologi informasi tersebut dapat terlaksana?

Konsep Belajar dan Pembelajaran
Istilah belajar memiliki pengertian, suatu proses fisik dan psikis pada diri peserta didik. Seseorang yang mengalami peristiwa belajar akan berbeda keadaannya dengan kondisi sebelum dia mengalami belajar, seperti dia akan semakin memiliki banyak pengetahuan (kognitif), memiliki sikap yang semakin dewasa (afektif), dan memiki beberapa keterampilan gerak, yang juga semakin bertambah (psikomotor).
William Burton mengemukakan bahwa “A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorrous purpose and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment”. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan, dan di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar.[4]
Seifert berpendapat bahwa terdapat tiga cara agar terjadi proses belajar, yaitu pertama, menjadikan proses belajar mengajar dalam kelas sebisa mungkin dapat menerima situasi-situasi dan gagasan-gagasan baru. Kedua, memaksimalkan ingatan tentang apa saja yang sudah dipelajari oleh peserta didik, dan ketiga yaitu menspesifikasi tujuan pembelajaran sejelas dan setepat mungkin. Proses pembelajaran mungkin hanya layak diingat dan diaplikasikan jika dihadirkan dengan cara yang sangat jelas.[5]
Berdasarkan konsep tersebut, maka perubahan yang terjadi pada diri individu, baik yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan, perubahan sikap maupun bertambahnya keterampilan karena interaksinya dengan lingkungan fisik ataupun non fisik, dapat dikatakan individu tersebut telah mengalami proses belajar. Itu juga berarti bahwa proses belajar itu dapat terjadi tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat atau dimana dan kapan saja. Sebagaimana dikemukakan Sanjaya bahwa, proses belajar itu berlangsung secara terus-menerus dan tidak dibatasi oleh dinding kelas.[6]
Istilah pembelajaran mengacu pada segala daya dan upaya yang sengaja dikondisikan untuk terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Kata pembelajaran merupakan terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik, yang menempatkan peserta didik sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah peserta didik mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya. Sebagaimana tercermin dalam ungkapan Gagne bahwa: “Instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated”.[7] Menurut Gagne pembelajaran merupakan suatu set peristiwa dalam mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa agar memudahkan belajar. Di sini terjadi siklus belajar yang merupakan interaksi antara komponen belajar dimana pendidik harus merencanakan proses pembelajaran sedemikian menarik dan memudahkan proses pembelajaran.
Galileo justeru berpendapat bahwa sebenarnya kita tidak dapat mengajarkan apapun, kita hanya dapat membantu peserta didik untuk menemukan dirinya dan mengaktualisasikan dirinya. Setiap pribadi manusia memiliki “self-hidden potential excellece” (mutiara talenta yang tersembunyi di dalam diri), tugas pendidikan yang sejati adalah membantu peserta didik untuk menemukan dan mengembangkannya seoptimal mungkin.[8] Sebagaimana di dalam Islam juga dikenal istilah “fitrah” yang menurut Al-DJamaly  adalah kemampuan dasar beragama yang dalam perkembangannya bagi seseorang banyak dipengaruhi oleh langkah-langkah pendidik.[9]
‘Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’[10]
Fitrah Allah untuk menusia yang di sini diterjemahkan dengan potensi dapat didik dan mendidik, memiliki kemungkinan berkembang dan dapat meningkat sehingga kemampuannya dapat melampaui jauh dari kemampuan fisiknya. Oleh karena itu perlu dikembangkan dalam usaha dan kegiatan pendidikan.[11]
Pendapat-pendapat di atas memberikan ilustrasi bahwa pembelajaran merupakan segala daya dan upaya yang sengaja dikondisikan untuk terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Upaya yang dilakukan dapat berupa penciptaan situasi kelas, memberi stimulus, penataan kondisi lingkungan belajar, melibatkan penggunaan teknologi dan lain sebagainya.

Konsep Teknologi Informasi (TI)
Istilah Teknologi Informasi mulai muncul pada abad ke duapuluh yang diawali dengan terbentuknya masyarakat informasi. Istilah Teknologi Informasi sebenarnya merupakan istilah lain dari teknologi komunikasi yang dikenal lebih dahulu – yang berfungsi sebagai pengolah dan penyaluran informasi.
Alter sebagaimana dikutip Syam mengatakan bahwa pada awalnya teknologi informasi diartikan sebagai perangkat keras dan lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data.[12] Makna tersebut kemudian meluas seiring dengan fungsi teknologi informasi yang tidak lagi semata-semata sebagai alat pemroses data, tetapi juga sebagai sarana penyedia informasi.
Menurut Richard Weiner dalam Webster New Word Dictionary and Communication disebutkan bahwa teknologi informasi adalah pemrosesan, pengolahan, dan penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. Teknologi Informasi menitikberatkan perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan komputer dan telekomunikasi.[13]
Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa teknologi informasi merupakan perangkat pendukung dalam proses penciptaan, penyimpanan, dan pendistribusian informasi.[14] Bahkan menurut  Everett M. Roger yang dikutip Syam menempatkan teknologi informasi sebagai yang meneruskan nilai-nilai sosial bagi pemakainya.[15]
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dipahami bahwa teknologi informasi merupakan perangkat terkonvergensi dari teknologi informasi dan teknologi komunikasi dalam bentuk perangkat keras dan lunak yang berfungsi sebagai media pemroses data, pengngolah informasi, penyaluran informasi, serta sebagai penyedia dan pengirim informasi, baik dalam bentuk audio, vidio maupun lembar kerja.
Teknologi informasi memiliki suatu karakteristik yang sangat berbeda dengan teknologi lainnya karena hampir semua sendi kehidupan dan sektor industri dapat menerapkannya dan memperoleh manfaat signifikan darinya. Lihatlah bagaimana penerapan sejumlah aplikasi teknologi informasi-seperti e-commers, e-business, e-government, e-procurement, electronic data interchange, data warehouse, intranet, internet, extranet, dan lain sebagainya-telah menghasilkan berbagai value yang sungguh berarti seperti perbaikan efesiensi, peningkatan efektivitas, internal kontrol yang baik, penambahan sumber pendapatan, terselenggaranya proses pengambilan keputusan yang berkualitas, dan lain sebagainya. Dalam konteks perguruan tinggi, sebagai pusat unggulan (Center of excellence), diharapkan dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk melakukan antara lain: (1) menjadi tempat meningkatkan pengetahuan, kompetensi, keahlian, maupun keterampilan sumber daya manusia; (2) menjadi komunitas cerdas yang dapat membantu berbagai isu dan kendala yang dihadapi; (3) menjadi pemicu perubahan (agent of change) di kalangan masyarakat.[16]
Di Indonesia - khususnya di kota-kota besar - fenomena mulai tampak dengan dilibatkannya teknologi komputer sebagai salah satu alat bantu ajar yang dipergunakan oleh lembaga pendidikan preschool atau taman kanak-kanak dengan salah satu tujuannya untuk merangsang dan meningkatkan kemampuan multiple intelligence peserta didik (komputer sebagai alat bermain dan belajar).

Teknologi Informasi untuk Pembelajaran
Keterlibatan teknologi informasi dan komunikasi atau information and communication technology (ICT) di dalam dunia pendidikan sudah tidak dianggap sebuah pilihan, tetapi telah menjelma menjadi kebutuhan mutlak yang harus dimiliki dan dimanfaatkan oleh perguruan tinggi jika ingin meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Perguruan Tinggi kelas dunia seperti Harvard University, Massachusetts Institue of Technologi, Stanford University, Oxford University, dan lain sebagainya menerapkan teknologi informasi tidak hanya untuk keperluan administrasi manajemen pendidikan, melainkan sebagai media utama dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, riset dan pengembangan, serta pelayanan kepada masyarakat.
Menurut Rosenberg dengan kehadiran teknologi informasi atau ICT telah terjadi lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Dengan teknologi informasi dan komunikasi, interaksi antara pendidik dan peserta didik tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka di dalam ruang kelas, namun dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu. Rosenberg selanjutnya mengemukakan bahwa e-learning merupakan salah satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.[17]
Teknologi Internet secara nyata memang bisa digunakan dalam setting pembelajaran, karena mememiliki beberapa karakteristik yang khas yakni (1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkin terjadinya komunikasi one – to – one atau one – to – many, (2) memiliki sifat interaktif, dan (3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron maupun tertunda, sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga dialog komunikasi yang merupakan syarat terselenggaranya suatu proses pembelajaran.
Terdapat berbagai jenis konsep penggunaan ICT yang secara langsung dan tidak langsung memberikan pengaruh pada cara penyelenggaraan pendidikan yang mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan.[18] Beberapa konsep tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1.      Media Simulasi
Penggunaan ICT sebagai media untuk membantu menyelenggarakan pembelajaran, terutama dipergunakan sebagai sarana penggambaran atau ilustrasi agar mahasiswa mendapatkan gambaran dengan lebih mudah mengenai teori yang diajarkan di kelas, terutama dalam kaitannya dengan implementasi di dunia nyata. Media simulasi mencakup aplikasi semacam CAD/CAM, simulation game. multimedia presentation, interactive study case, dan lain sebagainya. Dewasa mi, banyak sekali perangkat aplikasi simulasi yang mudah didapatkan secara gratis melalui internet dengan men-download-nya.

2.      Course Management
Konsep penggunaan ICT kedua adalah membantu pengajar maupun peserta didik melakukan interaksi, kerja sama, dan  komunikasi dalam menyelenggarakan sebuah kelas dengan mata kuliah tertentu. Dengan dibantu aplikasi berbasis web, maka materi, bahan ajaran, administrasi program, pekerjaan rumah, dan lain sebagainya dapat di-download oleh peserta didik melalui Internet.
Selain itu internet dapat pula dipergunakan untuk meningkatkan intensitas dan kualitas interaksi antara pengajar dan peserta didik maupun antarpeserta didik. Misalnya, dengan mempergunakan fasilitas komunikasi seperti electronic mail (email), discussion, chatting, teleconference, dan lain sebagainya. Aplikasi semacam WehCT dan Blackboard merupakan 2 software yang saling bersaing dan dipergunakan oleh sejumlah perguruan tinggi terkemuka di dunia.

3.      Virtual Class
Konsep selanjutnya adalah dimungkinkannya menyelenggarakan kelas maya atau virtual class dengan memanfaatkan teknologi informasi. Implementasi konsep berjalan secara evolusioner, dengan kata lain dikembangkan secara perlahan-lahan menuju virtual class yang sesungguhnya. Contohnya adalah pemberian tugas dan penyelenggaraan kuis secara online, di mana peserta didik dapat mengikuti ujian tengah semester atau akhir semester secara realtime dalam format soal multipel. Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, peserta didik dapat melakukan login ke sistem dan lokasi berbeda untuk melakukan tes atau kuis. Bahkan, dalam waktu singkat - setelah tes usai - peserta didik dapat langsung melihat hasilnya dan setiap jawaban yang keliru akan mendapatkan penjelasan mengenai jawaban yang benar serta materi pendukungnya.
Terlepas dan berbagai kelebihan dan kekurangannya, konsep virtual class secara perlahan-lahan mulai semakin matang implementasinya, di mana best practicenya dapat ditemukan pada sistem semacam universitas terbuka di wilayah Eropa yang dikenal dengan nama Open University. Dengan menerapkan konsep, Open University yang berbasis di kota Keynes (Inggris) berhasil menggalang lebih dan 7.000 profesor dari seluruh dunia. Sistem perkuliahannya menggunakan aplikasi ICT semacam email, usenet, live chat lines, remote diagnostic, groupware, internet video, teleconference, dan remote software.

4. Computer-based Training (CBT)
Konsep CBT merupakan cara yang sangat ampuh diterapkan oleh perguruan tinggi yang ingin mempromosikan prinsip belajar secara mandiri. Jika dulu peserta didik hanya dapat menggunakan fasilitas perpustakaan yang berbasis buku untuk menambah pengetahuannya, maka saat mi telah tersedia sejumlah software yang dapat membantu peserta didik untuk belajar tanpa harus dibantu oleh seorang pembimbing dan tidak harus menghadiri kelas secara fisik karena adanya CBT.
Dalam mengimplementasikan CBT, setiap peserta didik mendapatkan sebuah CDROM atau akses ke sebuah situs di internet di mana seolah-olah yang bersangkutan sedang berada satu kelas dengan seorang instruktur sebagai pengajarnya. Kemudian, melalui aplikasi multimedia yang menarik, peserta didik secara interaktif dan terstruktur mempelajari materi yang ingin dikuasainya.
Prinsip pengembangan aplikasi secara multimedia – dengan  melibatkan teks, gambar, audio, dan video – dipilih  tidak hanya dengan tujuan agar pembelajaran berlangsung secara menarik, tetapi agar berjalan secara efektif dan kontekstual.

5.    Knowledge Portal
Perguruan tinggi merupakan suatu institusi atau organisasi yang kualitasnya sangat bergantung pada knowledge base yang dimilikinya. Untuk keperluan mengajar dan riset, peserta didik maupun dosen sangat bergantung dengan kemajuan atau perkembangan bidang ilmu yang ditekuninya, di mana data atau informasi terkait dengan pengetahuan yang tersebar di seluruh institusi pendidikan di dunia - maupun di organisasi lain seperti lembaga riset, pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat, perpustakaan, dan lain-lain - harus mudah diakses oleh civitas akademik.
Keberadaan internet dengan aplikasi knowledge portal atau search engine-nya merupakah perangkat mutlak yang harus dimiliki oleh institusi. Dengan didukung oleh kompetensi dan keahlian yang cukup dalam melakukan advanced search di internet, seorang dosen dapat mencari beragam jenis pengetahuan seperti:
·    Kumpulan jurnal terbaru mengenai bidang studi yang ditekuni.
·    Silabus mata kuliah di berbagai perguruan tinggi dunia sebagai bahan perbandingan.
·    Materi kuliah dalam bentuk presentation maupun electronic file (seperti e-book) lengkap dengan contoh soal untuk kuis  dan ujian.
·    Beragam studi kasus penerapan bidang ilmu terkait di berbagai sisi kehidupan manusia.
·    Hasil riset lembaga terkemuka di dunia yang dilakukan dan diterbitkan oleh institusi nirlaba maupun yang komersial.

6.    Cyber Community
Berinteraksi dengan komunitas akademis lainnya di seluruh lapisan dunia merupakan kebutuhan mutlak yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh. Kita dapat membina hubungan dengan para tokoh dan intelektual terkemuka di negara manapun dengan sangat mudah, murah. dan cepat menggunakan ICT. Dewasa ini, komunitas yang berinteraksi melalui dunia maya telah berkembang sangat pesat dengan menggunakan teknologi seperti:
·      Electronic Mail - digunakan untuk berinteraksi langsung dengan individu yang terkaitdengan kebutuhan komunikasi, kolaborasi, dan kerja sama sehubungan dengan riset yang dilakukan bersama.
·   Mailing List — sebagai media atau forum komunikasi antar grup untuk membicarakan tema pengetahuan tertentu  sesuai dengan kebutuhan atau minat terkait.
·      Discussion Forum — aplikasi di mana proses diskusi berbagai tema berbeda terjadi secara efektif antar dosen yang berbeda fakultas, perguruan tinggi, dan wilayah.
·      Chatting - mekanisme realtime yang memungkinkan beberapa orang secara bersama-sama bercakap-cakap membahas isu yang sedang hangat dan membutuhkan pengetahuan khusus.
·      Teleconference - ‘bertatap muka’ menggunakan kamera dan perangkat multimedia yang dapat melibatkan video dan  audio agar lebih personal.
·      Search Engineaplikasi untuk membantu dosen dan mahasiswa dalam hal mencani dan mengetahui segala bentuk informasi seperti dana riset, seminar internasional yang diadakan di seluruh dunia, mengirimkan jurnal atau artikel ilmiah sebagai jawaban call for paper, memperoleh kesempatan kerja sama penelitian bersama industri, menyusun proposal riset, dan lain sebagainya.
Studi eksperimen yang dilakukan terhadap sekitar 500 murid kelas lima dan enam pada jenjang pendidikan dasar oleh Center for Applied Speciac Technology (CAST) pada tahun 1996, dimana ke 500 murid tersebut dimasukkan dalam dua kelompok eksperimen yang dalam kegiatan belajarnya dilengkapi dengan akses ke internet dan kelompok control, setelah dua bulan menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mendapat nilai yang lebih tinggi berdasarkan hasil tes akhir.  Eksperimen lainnya yang dilakukan oleh Anne L. Rantie dan kawan-kawan untuk siswa pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMU I BPK Penabur) di Jakarta pada tahun 1999 mengenai penggunaan Internet untuk mendukung kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris, menunjukkan bahwa murid yang terlibat dalam eksperimen tersebut memperlihatkan peningkatan kemampuan mereka secara signifikan dalam menulis dan membuat karangan dalam bahasa Inggris.[19]
Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa teknologi informasi dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Namun tentu saja terdapat faktor-faktor lain yang turut menunjang keberhasilan mencapai kualitas pendidikan tidak boleh diabaikan. Hal itu sejalan pendapat Sudjana yang menyatakan bahwa kondisi pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor: tujuan pengajaran yang jelas, bahan pengajaran yang memadai, metodologi pengajaran yang tepat, dan cara penilaian yang baik.[20] Kesemuanya harus merupakan satu set rencana yang terintegrasi, dalam hal ini maka kurikulum sebagai salah satu komponen sistem pendidikan perlu juga mengalami proses inovasi.

Dukungan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang tak kalah pentingnya dalam konteks pembelajarn berbasis teknologi informasi. Dalam kajian-kajian teknologi terdapat beberapa istilah yang sering digunakan terkait dengan kemampuan sumberdaya manusia, seperti Istilah literacy yang diartikan sebagai “the ability to read and write”, atau kemampuan untuk membaca dan menulis. Kemudian berkembang dan sering dipadankan dengan kata techology, maka dikenal ada istilah technology literacy, yang idefinisikan sebagai kemampuan memahami dan menggunakan teknologi sebagai alat untuk mempermudah mencapai tujuan.[21]
Kemudian konvergensi antara teknologi komputer dengan teknologi komunikasi memunculkan istilah information technology literacy maupun ICT literacy (Information and Communication technology) yang memiliki arti kurang lebih “a combination of intellectual capabilities, fundamental concepts, and contemporary skills that a person should posses in order to navigate and use information technology effectively.[22] Definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan, yaitu mengandung nuansa penguasaan dan penggunaan teknologi informasi sebagai sebuah faktor atau sarana penting untuk mencapai obyektivitas tertentu.
Membiacarakan dukungan sumberdaya manusia dalam kaitannnya dengan penguasaan dan penggunaan teknologi informasi untuk pembelajaran berbasis teknologi informasi, menurut Mohamad Surya, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet, (2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural, dan (3) memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk mencapai standar akademik.[23]
Merujuk pada pendapat Satori & Sa’ud, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan[24] sebagai berikut:
1.    Memberikan pemahaman berbagai keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan internet untuk pembelajaran;
2.    Yang akan berperan sebagai pengembang dan pengguna maupun yang diproyeksikan sebagai pengelola sistem pembelajaran berbasis internet, harus dibekali dengan kesadaran, wawasan, pengetahuan dan keterampilan tantang internet;
3.    Sebagai pengembang dan pemanfaat internet untuk pembelajaran hendaknya memiliki pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup;
4.    Yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap;
5.    Harus memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran;
6.    Tetap menjaga gaya mengajar, karena hal itu akan dicerminkan dalam cara pembelajaran kelak pada sistem pembelajaran dengan internet.
Hal lainnya diharapkan muncul dari pribadi terkait dengan penggunaan TI untuk pembelajaran adalah berpikir dan bertindak kreatif. Sebab berpikir dan bertindak kreatif sangat diperlukan karena: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb.
Pada segi lain internet sekaligus memberikan beberapa kesempatan bagi pendidik dan peserta didik untuk terus meningkatkan sumber daya dan kompetensinya.

Dukungan Sarana dan Prasarana
Dukungan sarana dan prasarana untu pengembangan pembelajaran berbasis teknologi informasi seperti internet, juga harus tersedia, terutama teknologinya sendiri, baik berupa hardware maupun softwarenya, gedung dan fasilitasnya lainnya.
Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensi institusi pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi di negara kita sangat beragam. Hal ini tidak terlepas dari faktor geografis dan topografis di negara yang beragam pulau, di samping faktor kultural yang ada pada berbagai suku juga beragam.
Terlepas dari itu keberadaan perangkat fasilitas teknologi informasi brupa komputer pada institusi pendidikan (sekolah maupun perguruan tinggi) sampai saat ini secara garis besar masih cukup terbatas, bahkan ada yang belum sama sekali terutama di daerah-daerah yang masih jauh dari jaringan komunikasi. Hal ini boleh jadi dikarenakan beberapa faktor antara lain menurut Juri, yaitu (1) faktor dana, artinya tidak cukup dana untuk membeli seperangkat komputer, (2) faktor kemampuan penguasaan teknologi, maksudnya masih banyak tenaga kependidikan yang belum mampu mengoperasikan komputer (GAPTEK = Gagap Teknologi), (3) Faktor lain, misalnya faktor keamanan.[25]
Idealnya dalam pemanfaatan teknologi informasi untuk pembelajaran maka harus tersedia sejumlah komputer yang bisa online secara terintegrasi dan terkoneksi dengan internet dan diletakkan di ruang khusus seperti laboratorium komputer, ruang-ruang kelas ataupun ruangan-ruangan lain yang dianggap strategis.


[1]Yadi Mulyadi. Demokratisasi Pendidikan (Kajian Pada Jenjang Pendidikan Dasar). Artikel. [Online]. Tersedia: http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=48..
[2] Juri, Penerapan E- Learning Dalam Pembelajaran Suatu Langkah Inovasi. [Online]. Tersedia: http://re-searchengines.com/0108mohamad.html. 2008
[3] Indrajati & Djokopranoto, R. Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Yogyakarta: ANDI ,  2006,  h. 339
[4] Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007, h.  27-28.
[5] Kelvin Seifert 2007, h. 172.
[6] Sanjaya, Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006, h.
[7] Ibid., h, 78
[8]Riyanto, 2007. Pendidikan Yang Humanis. [Online]. Tersedia: http://www.duniaguru.com/ index.php?option=com_content&task=view&id=580&Itemid=28.
[9] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Ed. Rifisi (Jakarta: Bumi Aksara), h. 71
[10]Lembaga Percetakan Al-Quran Raja Fahd, Al-Quran dan Terjemahnya (Mujamma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at Al-Mush-Haf Asya-Syarif Medinah Munawwarah, 1426), h. 645.
[11]Daradjat dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 17.
[12] Sa’ud,  Inovasi Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 184.
[13] Ibid., h. 183.
[14] Indrajit & Djokopranoto, op. cit., h. 309
[15] Op.cit., h. 184
[16] Op.cit., h. 334-335
[17]Surya, H. M. 2006.  Potensi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas. [Online]. Tersedia: Http://www.e-dukasi.net/artikel/artikel_files/potensi%20teknologi% 20informasi.
[18] Op.cit., h. 336.
[19] Satori, Dj. & Sa’ud U. Sy. Modul Inovasi Pendidikan Dasar. Bandung: SPs UPI., 2007, h. 256.
[20] Juri, op. cit.
[21] Bunz, U. Growing from Computer Literacy towords Computer-Mediated Communication Competence: Evolution of a Field and Evaluation of a New Measurement Instrument. Depatement of Communication. Rutgers. The State University of New Jersey, New Brunswic, Nj.,  2002.
[22] Young, J. Learning to Learn: Assesing Information Technology Literacy, Inventio Magazine. Oktober 1999. Issue 2, Vol. 1 1999.
[23] Surya, H. M. 2006. Potensi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran Di Kelas. [Online]. Tersedia: Http://www.e-dukasi.net/artikel/artikel_files/potensi%20teknologi% 20informasi. [Akses: 12 Juni 2008].
[24] Satori & Sa’ud, op. cit., h. 259.
[25] Juri,  op. cit.